Sebelum membahas mengenai hutan dan hidrologi, akan saya mulai dengan membahas apa hidrologi itu sendiri. Hidrologi adalah Cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada dibumi. Ilmu hidrologi dikenal sejak zaman 1608 M. Hidrologi merupakan ilmu yang mengkaji kehadiran dan pergerakan air dibumi. Dalam kajian hidrologi meliputih potamalog (aliran permukaan), geohidroligi (air tanah), hidrometeorologi (air yang ada di udara dan berwujud gas), limnologi (air permukaan yang relatif tenang seperti danau, dan waduk), kriologi (air berwujud padat seperti es dan salju). Orang yang mempelajari hidrologi disebut dengan hidrologist.
Akhir-akhir ini ada pihak yang beranggapan bahwa keberadaan hutan tidak berpengaruh pada tata air (hidrologi). Namun kebanyakan para pihak beranggapan bahwa keberadaan hutan berpengaruh pada tata air (hidrologi), bahkan berpengaruh pada lingkungan. Pendapat atau anggapan bahkan harapan mengenai keberadaan hutan dalam hubungannya dengan tata air (hidrologi) sering muncul seiring dengan datangnya bencana alam seperti banjir, tanah longsor serta kekurangan air.
Pihak yang mempertanyakan keberadaan hutan dalam mempengaruhi hidrologi mengatakan walaupun ada hutan tetapi banjir dan kekeringan tetap terjadi. Sementara pihak yang beranggapan bahwa keberadaan hutan berpengaruh pada hidrologi berpendapat bahwa karena kondisi hutan yang ada sekarang secara kuantitas maupun kualitas kurang baik, maka keberadaan hutan yang demikian mengakibatkan hutan sebagai unsur ekosistem tidak berfungsi dengan baik, karena itu kondisi hutan yang ada perlu diperaiki.
KEBERADAAN HUTAN PADA BEBERAPA DAERAH ALIRAN SUNGAI
Ada beberapa alasan perlunya keberadaan hutan dalam suatu daerah termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS). Soejono et al. (1967) mengatakan bahwa luas hutan minimal yang ideal untuk daerah Pulau Jawa agar memenuhi fungsi perlindungannya adalah 30% dari luas daerah.
Hewlett dan Nutter (1969) menyatakan bahwa daerah hulu yang tertutup hutan dengan baik maka 80-85% total aliran adalah berasal dari aliran dasar yang ditopang oleh aliran perlahan-lahan dari zone of aeration, selebihnya adalah aliran langsung. Pernyataan ini menjelaskan bahwa keberadaan hutan yang baik di daerah hulu akan mengatur/mengendalikan aliran total, sebagian besar (80-85%) yang berasal dari aliran dasar (base flow), sisanya (15-20%) berasal dari aliran langsung (direct run off). Aliran langsung adalah jumlah aliran air dari air hujan di atas permukaan (overland flow) ditambah aliran air di bawah permukaan tanah karena badai (subsurtace storm flow) ditambah aliran dari air hujan yang terjadi di sungai (channel precipitation). Sedangkan aliran dasar (base flow) adalah aliran yang berasal dari air tanah (groundwater out flow).
PENGARUH KEBERADAAN HUTAN PADA TATA AIR
Tata air merupakan fenomena yang menggambarkan proses perolehan, kehilangan, dan penyimpanan air tanah dalam kondisi alami. Hutan merupakan bentuk penggunaan lahan dengan dominasi pohon-pohon hutan yang meliputi atau menutupi permukaan lahan dan merupakan implementasi dari tata ruang. Sebagai implementasi dari tata ruang dan sebagai penutup lahan, maka hutan akan mempengaruhi proses penerimaan air yang tercurah dari atmosfer pada lahan di bawahnya.
Air hujan yang tercurah dari atmosfer sebelum sampai ke permukaan lahan yang berhutan akan diterima terlebih dahulu oleh lapisan tajuk hutan. Air hujan tersebut akan mengalami pencegatan (interception) tajuk, yang lolos dari cegatan tajuk disebut air lolos (through fall) dan mencapai lantai hutan, dan air hujan yang mengalir melalui batang-batang pohon hutan disebut aliran batang (stem flow) dan akhirnya sampai di lantai hutan. Air hujan yang mencapai lantai hutan (aliran batang dan air lolos) akan mengalami cegatan oleh lapisan serasah hutan. Air yang lolos dari cegatan searah akan meresap ke lapisan tanah atas yang biasanya disebut air infiltrasi. Apabila kapasitas cegatan searah telah jenuh dan infiltrasi mulai lambat, maka air akan menjadi aliran permukaan.
PENGARUH PENANAMAN DAN PENEBANGAN HUTAN PADA HASIL AIR
Kegiatan penanaman hutan maupun penebangan hutan merupakan bagian dari pengelolaan hutan dan pemanfaatan hutan merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan. Kedua kegiatan tersebut dapat mempengaruhi hidrologi terutama pada hasil air.
Kegiatan penanaman hutan berarti penambahan luas penutupan lahan oleh tajuk pohon hutan yang ditanam. Pengaruh adanya kegiatan penanaman pada hasil air tergantung pada luas atau tidak luasnya tanaman, jenis dan kerapatan pohon yang ditanam serta umur tanaman. Tanaman yang luas akan lebih nyata pengaruhnya terhadap hasil air daripada tanaman yang sempit (sedikit), umur tanaman yang lebih tua akan lebih nyata pengaruhnya daripada tanaman umur muda terhadap hasil air. Demikian juga jenis tanaman, karena jenis pohon mempengaruhi nilai intersepsi, air lolos, dan aliran batang serta evapotranpirasi. Adanya tanaman hutan yang luas dan kerapatan normal akan mempertinggi kemampuan hutan dalam mencegat (interception) air hujan oleh penambahan tajuk hutan, sehingga jumlah air hujan yang akan diterima oleh permukaan lahan berkurang, karena kenaikan pencegatan oleh tajuk. Kondisi ini akan memperkecil air hujan yang akan menjadi aliran dan hasil air akan menurun.
Penebangan berarti mengurangi luas penutupan lahan oleh tajuk hutan. Tajuk hutan yang dapat mencegat air hujan, dengan adanya penebangan hutan akan berpengaruh pada besarnya air hujan yang lolos dari pencegatan tajuk, sehingga air hujan lebih banyak mencapai lantai hutan yang ditebang. Pengaruh penebangan pada hasil air tergantung pada luasan tebangan yang dilakukan. Makin luas tebangan pengaruhnya pada hasil air akan nyata, tetapi penebangan yang sempit tidak akan begitu nyata pada hasil air. Luas tebangan mempengaruhi besar atau kecilnya perubahan hasil air. Tebangan yang luas mengakibatkan perubahan kenaikan hasil air cukup besar, namun tebangan yang sempit mengakibatkan perubahan kenaikan hasil air kecil, bahkan perubahan tidak nyata.
KESIMPULAN
Pengaruh hutan dalam hidrologi (tata air) mulai diragukan, walaupun sebagian besar kejadian banjir selalu dikaitkan dengan kerusakan hutan. Persepsi seperti ini berharap agar fungsi hutan untuk hidrologi menjadi lebih baik. Keraguan akan pengaruh hutan pada hidrologi disebabkan oleh fungsi hutan untuk perlindungan dan kontrol terhadap aliran langsung tidak efektif akibat adanya kerusakan hutan. Sebenarnya kemampuan hutan dalam fungsi perlindungan dan pengendali aliran langsung adalah terbatas, yang tergantung pada karakteristik curah hujan, karakteristik geologi/tanah, topografi dan pengelolaan hutan. Pengaruh hutan pada hidrologi melalui proses intersepsi air hujan oleh tajuk hutan, aliran batang, air lolos, evapotranspirasi, dan hujan bersih dapat dilihat dari pengaruh penebangan dan penanaman hutan terhadap hasil air. Oleh karena itu pengelolaan hutan secara bijak dapat meningkatkan fungsi hutan untuk hasil air dan lingkungan yang lebih baik.